Laman

Laman

Jumat, 08 Juli 2016

Lokakarya Kepenarian IDF Akademi

Lokakarya Kepenarian IDF  Akademi
Tanggal 1-7 mei 2016 di Hutan Kaldera Bogor
Sepanjang sejarah Indonesian Dance Festival berdiri, saya sebagai pelaku seni khususnya tari, tidak pernah ketinggalan untuk menyaksikan  program-program seni pertunjukan yang disuguhkan oleh Indonesian Dance Festival.
Dari sekian banyak pertunjukan, tidak sedikit pula seniman-seniman Indonesia khususnya tari, semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas, dan bahkan melalui program-program pertunjukan yang diikuti oleh seniman terkait sangat membuka peluang bagi mereka untuk bisa tampil di ajang festival tari dunia di berbagai negara lain. 

Dampak semua itu tentu semakin mengakat citra budaya Indonesia di antara seni budaya negara lain melalui karya-karya kreatif seniman terpilih yang pernah menampilkan karya-karya tari mereka di Indonesian Dance Festival.

Sangat jelas terlihat upaya para pendiri dan penyelenggara Indonesian Dance Festival melakukan berbagai inovasi untuk  dapat mencapai hasil yang lebih baik pada setiap kali penyelenggaraan. Upaya itu dibuktikan kembali pada tahun 2016 sebelum ajang festival berlangsung dengan menggelar Lokakarya Kepenarian di Hutan Kaldera Bogor, tanggal 1 sd 7 mei 2016. Pemateri berasal dari Taiwan, Malaysia dan Indonesia.

Program Lokakarya Kepenarian 2016 ini sangat memiliki nilai positif yang dapat menjangkau berbagai hal, seperti menumbuh kembangkan nilai-nilai kreatif kepada seorang penari, melalui berbagai metode yang disuguhkan oleh semua pemateri, serta pemilihan lokasi Lokakarya yang tepat seperti Hutan Kaldera Bogor, membuat lokakarya semakin menarik.

Lokasi hutan Kaldera Bogor rasanya seperti menyeret semua peserta dan pemateri untuk mengolah rasa, mengolah raga, membongkar semua kemampuan dalam mencapai  penguasaan diri. 

Pemateri Suprapto Suryodarmo, Benny  Krisnawardi (Indonesia), Su Wen-Chi (Taiwan) dan Ramli Ibrahim (Malaysia), seperti bersinergi dengan semua fasilitas tempat berlangsungnya lokakarya. 

Fasilitas yang ada seperti bangunan-bangunan rumah, pojok-pojok ruang, hutan, pepohonan rindang serta sungai yang berada di lokasi lokakarya menyatu ke dalam imaji-imaji, melahirkan interprestasi berbeda dari pemateri maupun setiap peserta.  

Pemateri Suprapto Suryodarmo yang dikenal dengan panggilan Mbah Prapto, menyuguhkan metode eksplorasi gerak tubuh dan alam.  Metode itu dipaparkan melalui pendekatan kejiwaan penuh kesabaran. Intonasi dan pola bahasa yang halus serta memiliki bahasa-bahasa kiasan, mengajak semua peserta untuk tidak hilang  fokus, nyaris selalu  ber-imajinasi agar lebih masuk ke dalam pokok bahasan Mbah Prapto.

Hampir di setiap materi yang dipaparkan, Mbah Prapto langsung melibatkan diri, membaur dengan peserta untuk sama-sama merasakan, menghayati serta merespon media yang digunakan. 

Eksplorasi air contohnya, dilakukan di tengah arus sungai yang ada di belakang areal Hutan Kaldera. Keseriusan dan konsentrasi Mbah Prapto seakan tidak mempedulikan air yang telah membasahi seluruh tubuhnya. Bunyi arus air sungai yang tidak terlalu deras, terasa semakin memperkaya bunyi-bunyi suasana alam menjadi semakin kuat. 

Semua perserta berada pada posisi yang berbeda satu sama lain, tak satupun di antara mereka diam tanpa aktifitas, semua larut dalam imajinasi di tengah arus air sungai, mengindikasikan bahwa metode eksplorasi alam di areal sungai itu sangat penting dilakukan.

Di sisi lain, Mbah Prapto seperti menguji kemampuan semua peserta untuk melakukan eksplorasi ruang di tengah halaman kosong, berguling, merambat di atas tanah tanpa ada rasa canggung untuk melakukan berbagai eksplorasi gerak tubuh. 

Air sungai yang masih tersisa di tubuh Mbah Prapto dan peserta, membuat  tanah mudah melekat di tubuh mereka, apalagi usai melakukan gerak berguling.  

Ketika Mbah Prapto dan peserta  terus melahirkan berbagai disain gerak dengan butiran-butiran tanah yang masih melekat di tubuh mereka, seketika imajinasi kita terperanjat, melayang pada banyak persoalan tentang misteri bahasa gerak tubuh, yang  memiliki ruang dimensi tanpa batas, berbicara tanpa suara akan tetapi menyentuh perasaan kita.

Alam dan tubuh manusia, sangat  saling bisa berdialog, layaknya kehidupan manusia pada umumnya. “berbicaralah kepada mereka, sampaikan apa yang anda rasakan kepada mereka” begitu salah satu kalimat yang dilontarkan Mbah Prapto saat peserta berhadapan dengan alam bebas.

“Alam dan tubuh manusia memiliki hubungan yang kuat, berteman, saling membutuhkan, memiliki garis imajiner dalam rasa kasih sayang  di antara keduanya” ungkap Mbah Prapto.

Titik fokus dan konsentrasi dalam membagi energi tubuh saat menari, menjadi pokok bahasan Benny Krisnawardi dalam sesi gerak-gerak Gumarang Sakti dan proses di balik kerja kreatif Gusmiati Suid (alm), seorang koreografer wanita asal Batusangkar Sumatera Barat yang berhasil mengangkat  filosofi gerak-gerak silat tradisi Minangkabau ke  dalam karya-karya koreografinya.

Kelompok tari Gumarang Sakti berdiri sejak tahun 1980 di Batusangkar Sumatera Barat. Sejak berdirinya kelompok tari ini, hampir seluruh karya-karya yang dihasilkan berlatar belakang kepada filosofi dan gerak-gerak silat tradisi  Minangkabau. 

Aliran silat yang sering menjadi pijakan baik secara filosofi dan gerak-gerak adalah aliran silat Kumango, silat Lintau, silat Harimau, silat Ulu Ambek dan lain-lain. 

Silat sudah menjadi keharusan untuk dipelajari oleh semua penari sebelum menarikan karya-karya tari  di Gumarang Sakti. Dengan mempelajari silat, semua penari akan terlihat lebih tangguh, tangkas dan memiliki karakter yang kuat saat menari, sesuai dengan karakter karya Gumarang Sakti koreografer Gusmiati Suid (alm).

Gusmiati Suid (alm) yang memiliki garis keturunan pendekar silat aliran Kumango, sangat memahami seluk beluk gerak yang ada pada aliran silat tersebut, sehingga sangat mudah bagi Gusmiati Suid (alm) mengarahkan anak-anak didiknya dalam melakukan gerak, apalagi gerak yang berlatar belakang silat.

Ketajaman mata dan detil gerak  penari dalam melakukan gerak sangat menjadi perhatiannya. Sehingga setiap proses karya membutuhkan waktu antara tiga sampai enam bulan bahkan lebih.

Kesiapan penari baik fisik, mental dan penguasaan teknik secara baik, merupakan agenda utama dalam setiap berkarya. 

Gumarang Sakti yang dipimpin oleh Gusmiati Suid, memiliki konsep sendiri dan unik setiap proses karya, yaitu meng-agendakan pemusatan latihan selama berbulan-bulan di suatu tempat, dimana semua pendukung baik penari dan pemusik berada di areal yang sama untuk melakukan berbagai latihan, baik latihan fisik, mental, dan hal-hal lainnya untuk mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah karya. 

Pemusatan latihan ini telah menjadi tradisi di Gumarang Sakti setiap proses karya, sehingga sangat berpengaruh positif kepada teknik dan rasa kebersamaan dalam menghadirkan karya-karya tarinya di atas panggung.

Benny Krisnawardi sebagai anggota Gumarang Sakti sejak tahun 1986, pada program lokakarya Kepenarian IDF akademi 2016 ini, mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman kepeda semua peserta terutama sistim Gumarang Sakti dalam menyiapkan seorang penari baik secara teknik gerak, filosofi silat yang sering dipakai pada karya-karya tari di Gumarang Sakti.

Materi yang diajarkan seperti titik fokus mata dan konsentrasi dalam membagi energi tubuh sewaktu bergerak. Latihan ini merupakan latihan dasar untuk semua penari sebelum melakukan gerak tari di Gumarang Sakti.

Bentuk latihannya adalah melatih ketajaman mata, baik dengan fokus pandang lurus, maupun fokus pandang menyamping dengan menggunakan sudut mata kiri maupun sudut mata kanan.

Bentuk latihan ini dilakukan secara berulang agar bola mata memiliki ketajaman dalam bergerak ke semua arah. Kecepatan bola mata bergerak akan mempunyai fokus yang baik saat mengarahkan pandangan ke suatu titik yang diinginkan. 

Ketika titik fokus pandangan mata sudah dikuasai dengan baik, mata akan terlihat memiliki energi yang kuat (disebut tajam) sewaktu dalam bergerak, sehingga mata yang telah memiliki kontrol yang baik itu dapat berbicara sesuai yang diinginkan dalam setiap karya apapun.

Bentuk latihan lain yang diajarkan pada lokakarya kali ini adalah  penguasaan energi tubuh saat bergerak. Hal ini sangat penting diketahui oleh setiap penari, karena penguasaan energi tubuh, akan melahirkan detil dan bentuk yang berkarakter.

Latihan untuk bisa membagi energi tubuh saat bergerak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain seperti merasakan getaran energi tubuh di telapak tangan masing-masing, merasakan aliran energi di setiap anatomi yang digerakkan, melakukan ragam gerak tari sambil menganalisa pembagian energi saat melakukan ragam gerak. 

Latihan-latihan ini membutuhkan kesabaran, keseriusan dan kegigihan bagi semua yang berlatih, karena latihan ini sangat berhubungan dengan anatomi tubuh, serta membutuhkan dorongan yang kuat dari daya konsentrasi yang berlatih.

Penguasaan energi tubuh saat bergerak adalah, penguasaan seluruh anatomi tubuh secara sadar atau terkendali dengan baik. Ketika titik fokus pandang mata dan penguasaan energi tubuh dapat dilakukan secara serentak atau ber-iringan, tubuh si penari akan terlihat tidak memilki beban apapun sewaktu menari,  ekspresi tubuh penuh kewajaran, jujur dan memiliki karakter yang kuat.

Kalau kita lihat dua pemateri dari Su Wen-Chi (Taiwan) dan Ramli Ibrahim (Malaysia), memiliki pendekatan berbeda dalam memepersiapkan penari dalam melakukan gerak tari, akan tetapi memiliki tujuan yang sama dalam ruang lingkup pencapaian ekspresi yang baik saat menari.

Su Wen-Chi (Taiwan), yang terkenal dengan kepiawaian teknik menari pada karya-karya tari kontermporer, membagi pengalamannya kepada semua peserta.

Pencapaian secara bentuk teknik menari dan metode pembebasan diri dalam melakukan eksplorasi melahirkan bentuk dalam  suatu karya, menjadi materi yang dapat memancing peserta melahirkan berbagai pertanyaan pada Su Wen-Chi. 

Selain dari itu, pendekatan teknologi pencahayaan,  juga disuguhkan kepada peserta. Kesungguhan serta kegigihan dalam menelusuri berbagai bentuk pada sebuah media atau tema yang sedang dikerjakan, menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh seorang penari atau koreografer. 

Tubuh dan teknologi bagi Su Wen-Chi, seperti menjadi dua ruang eksplorasi yang sangat luas, tanpa batas, sejauh tubuh dan teknologi itu bisa di kuasai dengan baik.

Ramli Ibrahim seorang Penari dan Koreografer senior asal Malaysia, memberikan pemahaman bahwa sangat pentingnya sikap kejujuran dalam menyampaikan sebuah ekspresi dalam menari. 

Kewajaran dan penguasaan olah tubuh yang baik, saat memerankan berbagai ekspresi dalam menari menjadi hal pokok bagi seorang penari. 

Selain dari itu, hal yang tidak kalah pentingnya harus diperhatikan oleh penari adalah, posisi dan penguasaan gerak tubuh secara detil. Dengan demikian, ekspresi yang dimainkan dapat berbicara dan pesan yang akan disampaikan  bisa tercapai dengan baik. 

Bagi Ramli Ibrahim, gerak menari yang dilakukan dengan baik dapat menjadi terapi kesehatan untuk memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh.

Lokakarya kepenarian IDF Akademi 2016 kali ini, sangat jelas menyatakan bahwa penguasaan tubuh bagi seorang penari sangat penting. Pemahaman akan olah tubuh, rasa dan adaptasi ruang untuk melahirkan berbagai ekspresi, membutuhkan kesiapan tubuh penari secara baik. 

Dengan diadakannya lokakarya kepenarian ini, membuktikan IDF Akademi sangat serius menyiapkan penari-penari berkwalitas untuk kemajuan dunia tari Indonesia. 

Kita melihat begitu banyak lahir penari-penari muda berbakat Indonesia, akan tetapi tidak banyak yang memiliki karakter yang kuat, karena kurangnya pemahaman akan olah tubuh, olah rasa, secara baik sehingga tubuh penari  tersebut tidak dapat berbicara dengan baik dalam bahasa ungkap tari yang sesungguhnya, akan tetapi mengandalkan keindahan gerak tubuh semata, melupakan kekuatan bahasa jiwa yang seharusnya menjadi satu keutuhan ekspresi dengan keindahan gerak tubuh yang tidak bisa dipisahkan.

Mengadakan program-program Lokakarya seperti ini tentu tidak mudah, akan tetapi harus selalu diadakan, karena berdampak positif pada dunia tari Indonesia di masa yang akan datang, yang semakin hari semakin mendapat tantangan besar dari berbagai aliran tari  bangsa lain.
Sukses buat IDF Akademi 2016....

Penulis :
Benny Krisnawardi.

Foto Lokakarya :







 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar