Proses
karya tari kolosal MTQ Nasional ke XXVI
di Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Teriakan yel-yel setiap kelompok penari yang berlatih memperlihatkan semangat dan motifasi untuk memulai latihan.
Teriakan yel-yel setiap kelompok penari yang berlatih memperlihatkan semangat dan motifasi untuk memulai latihan.
Pagi itu latihan dimulai pukul 10.00 WIT. Semua penari terlihat penuh semangat, dalam menjalankan semua instruksi dari pelatih.
Penari dibagi berdasarkan kelompok yang dibutuhkan, untuk karya pembukaan MTQ Nasional XXVI 2016 di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Penari dibagi berdasarkan kelompok yang dibutuhkan, untuk karya pembukaan MTQ Nasional XXVI 2016 di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Pagi itu tanggal 13 July 2016, bagi warga Kota
Mataram bertepatan dengan hari yang istimewa, yaitu hari Lebaran
Ketupat.
Namun mengingat waktu Pembukaan MTQ Nasional ke XXVI 2016 sudah semakin dekat, maka latihan tidak bisa diliburkan. Walaupun Lebaran Ketupat memiliki arti tersendiri bagi semua warga kota Lombok.
Salut bagi semua pendukung untuk tetap berlatih pagi itu, walaupun suasana kemeriahan hari Lebaran Ketupat tidak bisa mereka ikuti dan nikmati seperti tahun-tahun sebelumnya.
Namun mengingat waktu Pembukaan MTQ Nasional ke XXVI 2016 sudah semakin dekat, maka latihan tidak bisa diliburkan. Walaupun Lebaran Ketupat memiliki arti tersendiri bagi semua warga kota Lombok.
Salut bagi semua pendukung untuk tetap berlatih pagi itu, walaupun suasana kemeriahan hari Lebaran Ketupat tidak bisa mereka ikuti dan nikmati seperti tahun-tahun sebelumnya.
Eksplorasi gerak, komposisi ruang serta
kekompakan penari melakoni peran mereka pada karya yang bertajuk “Pluralisme
dalam Ukhuwah Islamiah” (Hablumminallah Hablumminnas) ini, semakin menunjukkan
kemajuan yang baik. Walaupun masih terlihat beberapa diantara penari terkadang melakukan kesalahan dalam bergerak.
Karya ini disusun oleh Koreografer asal Jakarta berdarah Minangkabau Sumatera Barat Benny Krisnawardi, dan Sutradara muda asal Lombok Lalu Suryadi Mulawarman.
Karya ini disusun oleh Koreografer asal Jakarta berdarah Minangkabau Sumatera Barat Benny Krisnawardi, dan Sutradara muda asal Lombok Lalu Suryadi Mulawarman.
Garis-garis ruang yang dibentuk memanjang
dengan mempergunakan sarung, memberi kesan kuat pada bagian karya. Penonjolan
properti sarung pada bagian kedua karya, secara tidak langsung semakin
mempertegas bahwa kekayaan tenun asli Prosinsi Nusa Tenggara Barat terlihat
sangat indah. Sarung yang dipakai pada karya ini terinspirasi dari tenunan
etnis Mbojo.
Dengan melewati suasana terik matahari pagi,
siang sampai sore hari, perlahan tapi pasti, bagian-bagian karya dapat
diselesaikan dengan baik.
Penari yang berasal dari pelajar dan sanggar tari se kota Lombok, berlatih di bawah terik matahari, merupakan pengorbanan yang luar biasa dari mereka, baik pendukung laki-laki maupun perempuan tidak lagi memperdulikan kulit tubuh mereka yang mulai terlihat menghitam karena terpaan matahari.
Yel-yel yang selalu diteriakkan mereka dengan lantang disela-sela latihan, memacu semangat mereka untuk menyelesaikan karya, sebagai bukti rasa kecintaan mereka akan kota Lombok yang memiliki generasi muda kuat dan tangguh.
Penari yang berasal dari pelajar dan sanggar tari se kota Lombok, berlatih di bawah terik matahari, merupakan pengorbanan yang luar biasa dari mereka, baik pendukung laki-laki maupun perempuan tidak lagi memperdulikan kulit tubuh mereka yang mulai terlihat menghitam karena terpaan matahari.
Yel-yel yang selalu diteriakkan mereka dengan lantang disela-sela latihan, memacu semangat mereka untuk menyelesaikan karya, sebagai bukti rasa kecintaan mereka akan kota Lombok yang memiliki generasi muda kuat dan tangguh.
Latihan di akhiri pukul 16.00 WIT. Ditutup kembali
dengan teriakan yel-yel secara lantang dan tegas oleh semua penari pendukung. Sukseeees...
Penulis : Benny Krisnawardi/Koreografer
Penulis : Benny Krisnawardi/Koreografer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar