Laman

Laman

Selasa, 04 April 2017

Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta Menggelar "Jakarta Dance Meet Up" 2017



Foto: Eva Tobing 

Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta
menggelar "Jakarta Dance Meet Up". Sebuah ajang pertunjukan tari yang mempertemukan berbagai genre komunitas tari di Gedung Kesenian Jakarta 31/3/2017. Komunitas tari tersebut antara lain, Cipta Urban TIM, Citra Art Studio, EE Production, EKI Dance Company, GIGI Art of Dance, dan Sanggar Tari Limpapeh. Enam komunitas tari ini, menampilkan karya tari terbaik dari 12 Koreografer muda berbakat yang mereka miliki.


Menurut Hartati sebagai ketua Komite Tari DKJ, program ini bertujuan untuk menggiatkan kembali pertunjukan tari di kalangan koreografer muda Jakarta, yang bernaung dalam komunitas seni khusus tari.

Respon komunitas tari yang ada di Jakarta sangat luar biasa. Itupun dari beragam genre, mulai dari tradisi, ballet, kontemporer dan Modern. Sampai hari pembukaan JDMU ini berlangsung, sudah 25 komunitas tari yang mendaftar atau ingin berpartisipasi dalam ajang ini. Merespons antusias komunitas seni itu, maka tahun 2017, DKJ memutuskan "Jakarta Dance Meet Up", akan digelar sebanyak tiga kali pertunjukan yaitu, bulan Maret, Agustus dan Oktober.

Gelaran perdana "Jakarta Dance Meet Up", Komite Tari DKJ, mengukir sejarah baru lagi di pentas tari berbasis komunitas seni di Indonesia, khususnya Jakarta. Harapan baru terkuak, wajah-wajah koreografer muda yang memiliki talenta dalam cipta karya tari dimunculkan DKJ. Kehadiran mereka seakan tiba-tiba dan mengagetkan. Sehingga muncul pertanyaan, "Dimana mereka selama ini"..?, begitu pertanyaan salah seorang penggerak tari yang memahami situasi kondisi tari di Jakarta maupun Indonesia.

Pertanyaan itu mengindikasikan ketidak tauan selama ini tentang keberadaan komunitas-komunitas tari yang tampil pada pergelaran perdana JDMU malam itu. Apa yang salah dalam hal ini..?.  Jika pihak yang berkepentingan bersikap arif dan bijak akan menjamurnya keberadaan komunitas-komunitas seni khususnya tari, pertanyaan itu mestinya tidak akan muncul.

Komunitas-komunitas tari yang tampil, merupakan bagian dari aset Jakarta, yang dapat memberi warna dalam setiap kerja kreatif seni anak muda dalam lingkungan kehidupan sosial budaya yang majemuk. Seiring laju pembangunan ibu kota yang sangat cepat, kehadiran komunitas seni sangat memberi dampak positif sebagai penyeimbang dan wacana ruang sosial dialog anak muda Jakarta akan seni budaya. Menggembirakan, dan bukti sangat responsif serta dinamis menyikapi kehidupan lingkungan urban Jakarta yang menuntut kepekaan akan berbagai perbedaan.

Program "Jakarta Dance Meet Up", merupakan upaya dari DKJ untuk memetakan, memfasilitasi, dan merangkul komunitas tari di Jakarta. Komunitas yang tampil menyediakan biaya produksi sendiri. Di samping itu DKJ membantu fasilitas gedung pertunjukan, membebaskan restribusi, membantu manajemen panggung, promosi, publikasi, dan dokumentasi acara. Dengan demikian program ini menjadi milik bersama DKJ dan komunitas yang tampil.

Kehadiran pononton yang memenuhi tempat duduk Gedung Kesenian Jakarta malam itu, menjadi salah satu kunci keberhasilan gelaran perdana JDMU. Keseriusan DKJ untuk mengelola manajemen pertunjukan menjadi sangat penting. Publikasi yang baik, dan lain-lain sangat berdampak kepada kelancaran seluruh program acara.

Susana terasa berbeda sesaat sebelum pertunjukan dibuka. Penonton GKJ yang biasanya terasa kaku, diajak berdialog dan santai. Nyaris seperti program pertunjukan kerakyatan saling bersorak, menyebut nama komunitas masing-masing. Mungkin ini salah satu cara DKJ membangun suasana lebih akrab di antara penonton atau komunitas seni yang hadir.

Pertunjukan perdana "Jakarta Dance Meet Up", di buka secara resmi oleh Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno. Dalam pidato penutupnya, Irawan Karseno berharap "Program JDMU bisa menjadi program Institusional yang kuat, langgeng, berumur panjang, dan berkontribusi kepada kebudayaan peradaban kita semua".

Sukses "Jakarta Dance Meet Up". Sukses untuk Komunitas seni Jakarta.

Salam...
Benny Krisnawardi













Tidak ada komentar:

Posting Komentar