Laman

Laman

Kamis, 16 Februari 2017

" Lubuak Larak Bacarito "


Foto: Odid Erki Pratama

             SUNGAI LUBUAK LARAK
             Menyimpan beribu cerita.


Lubuak Larak adalah nama aliran sungai kecil yang berada tidak jauh dari jantung kota Batusangkar Kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.

Sejak tahun 1950an sampai ke era 1990an, warga Batusangkar dan sekitarnya, sangat akrab dengan aliran sungai ini. Selain letak lokasi aliran sungai ini tidak jauh dari jantung kota Batusangkar, keindahan alam sekitar yang dihiasi oleh luasnya areal persawahan di kaki bukit dan pergunungan, membuat areal sungai Lubuak Larak yang jernih ini, sangat cocok sekali untuk mandi, bersantai, bermain, sambil bercengkarama dengan sanak keluarga dan handai taulan.

Kenapa sungai kecil Lubuak Larak ini begitu dikenal?. Mari kita simak penuturan Lazwardi, kelahiran Batusangkar 28 July 1961, dari keluarga Moenaf Hamid dan Noercaya Arifin. Hampir sepanjang hidup Lazwardi, di sela-sela kerja rutin sebagai pegawai pemerintah kota Batusangkar, sering menyempatkan diri datang ke aliran sungai Lubuak Larak. Sehingga ia sangat mengenal dan sangat faham dengan aliran sungai Lubuah Larak ini.

Menurutnya, Lubuak Larak adalah aliran anak sungai kecil yang berhulu dari Sarasah gunung merapi. satu-satunya gunung merapi aktif yang berada tidak jauh dari desa Sungai Jambu, Kabupaten Tanah Datar Batusangkar.
"Sarasah", adalah sebutan dari air terjun yang berpusat dari gunung. Air terjun ini kemudian mengalir ke wilayah Sungai Jambu, Parambahan Lima Kaum, bertemu dengan anak sungai Batang Sigarungguang Malana Ponco dan akhirnya bermuara di Tapi Selo Pagaruyuang. Untuk nama Lubuak Larak, hanya aliran sungai yang berada di wilayah Jorong atau Kelurahan Malana Ponco. 


Menurut Lazwardi, Pada zaman dahulu, Nama Sungai Lubuak Larak ini adalah Batang Marampeh. Sekitar era tahun 1960an, konon katanya, di areal sungai ini, banyak tumbuh batang pohon larak, yang menjadikan pematang atau tebing-tebing di sisi aliran sungai ini terlihat kokoh dan tidak mudah longsor. Maka aliran sungai ini dinamakan Lubuak Larak. Lubuak artinya bagian yang dalam pada sungai, Larak  artinya nama dari salah satu pohon.
Di sepanjang aliran Sungai Lubuak Larak ini kita dapat merasakan, sejuknya udara pergunungan, desiran angin dari hamparan luas areal persawahan, dan dapat melayangkan pandangan mata kita sangat jauh ke ke berbagai sisi, tanpa dihalangi oleh bangunan-bangunan rumah apapun.

Foto : Odid Erki Pratama

Ketika musim kemarau tiba, aliran sungai Lubuak Larak ini terlihat kecil. Sehingga air yang mengalir pada sungai ini, sangat jernih. Batu-batu besar yang ada pada kedalaman aliran sungai ini, akan tampak jelas. Batu-batu besar yang ada di aliran sungai ini dapat digunakan untuk tempat duduk, sambil menikmati pemandangan sekitar, bahkan ada juga yang menggunakan batu besar tersebut untuk tempat sholat, mencuci pakaian dan lain-lain.

Pada musim kemarau ini pula kita akan bisa menikmati, indahnya embun berarak,  bergerak perlahan di atas permukaan sungai. Embun-embun itu tampak bagai permadani putih transparan, halus, menyelimuti dinginnya pagi. Sangat indah, menggiring kita pada udara pergunungan yang fantastis.



Jalan warga untuk menuju aliran Sungai Lubuak Larak selalu melewati pematang sawah sehingga pematangnya selalu terlihat mengeras dan rapi. Setiap hari  banyak dijumpai s warga memancing belut di sekitar persawahan dekat aliran Lubuak Larak. Belut yang berasal dari persawahan, sangat terkenal kelezatannya.

Kegiatan keramaian kampung sering diadakan di sekitar aliran sungai ini, seperti lomba Alang-Alang. Masyarakat umum menyebutnya permainan Layang-Layang. Ini adalah permainan tradisi masyarakat Batusangkar yang sudah  turun temurun dari setiap generasi, sejak era 1950-an.

Ketika bulan suci Ramadhan tiba, tidak sedikit pemuda-pemudi, khususnya warga yang berasal dari daerah Malana Ponco, Sigarungguang, Pasa dan Jati, berbondong-bondong mendatangi aliran Sungai Lubuak Larak ini, untuk ikut bermain Badia-badia Batuang.

Ini adalah permainan yang terbuat dari batang bambu berukuran besar. Di tengah-tengah batang bambu itu dibuat lubang sesuai dengan ukurannya dan diisi sumbu kain. Minyak tanah dan kemudian dimasukkan ke dalam bambu. Setelah itu, Badia-badia Batuang siap dimainkan.

Posisi Badia-badia Batuang ketika dimainkan ditempatkan pada suatu penyanggah kayu atau batu yang kokoh, Hal ini agar saat dibunyikan bambu tidak bergerak.

Untuk menghasilkan bunyi Badia-badia Batuang, disulut dengan sumbu api. Ketika dimainkan, permukaan ujung bambu harus lebih tinggi.

Bambu lantas diarahkan ke areal kosong biasanys ke arah tengah sungai, agar saat dibunyikan tidak mengenai orang yang hadir di areal itu. Sedangkan pangkal bambu untuk tempat menyulut apinya, berada pada posisi yang lebih rendah.

Semua yang ikut bermain Badia-badia Batuang akan berusaha menghasilkan bunyi yang paling keras. Siapa yang dapat menghasilkan bunyi yang paling keras, dialah yang jadi pemenangnya.

Permainan ini berlangsung setiap tahun di sekitar area Lubuak Larak dan berlangsung lebih ramai lagi bulan suci Ramadhan.

"Tanpa permainan Badia-badia Batuang bulan suci Ramadhan (bulan Puaso), seperti kehilangan rohnya". Begitu ungkap Lazwardi bercerita tentang serunya permainan tersebut.

Permainan Badia-badia Batuang  dalam bulan Puasa dilakukan setelah sholat subuh sampai terbitnya matahari. Kemudian, permainan ini diulang lagi ketika sore hari sampai mendekati waktu berbuka.

Begitu banyak cerita yang lahir dengan keberadaan Aliran Sungai Lubuak Larak. Cerita-cerita itu, menurut Lazwardi, memberi kesan tersendiri bagi setiap orang atau semua generasi yang pernah merasakan sejuk dan jernihnya air aliran sungai kecil itu.

"Carito-carito itu indak lupo dek  awak sampai alah tuo kini (Cerita-cerita itu tidak pernah lupa sampai sudah berusia tua seperti sekarang ini)", kata Lazwardi dengan ekspresi penuh senyum, mengingat masa-masa itu.

Kini keceriaan orang-orang menikmati jernihnya air dan segarnya menghirup udara sekitar aliran sungai bersama keluarga, sahabat dan handai taulan, hanya tinggal kenangan. Sejak tahun 1990-an, aliran sungai Lubuak Larak  menyempit akibat rumput ilalang mulai tumbuh sepanjang pinggir-pinggirnya.


Foto : Odid Erki Pratama

Tidak sedikit dari masyarakat yang pernah merasakan manfaat positif aliran Sungai Lubuak Larak ini merasa rindu akan beribu cerita yang dulu pernah mereka rasakan. Semua kenangan itu kini jadi cerita yang tak pernah terlupakan.

Di zaman modern seperti sekarang, rasanya bukan suatu hal yang mustahil bila aliran Sungai Lubuak Larak bisa diaktifkan kembali seperti semula. Aliran sungai yang memiliki sejarah tersendiri di hati masyarakat Batusangkar.

Mengaktifkan kembali aliran Sungai Lubuak Larak juga merupskan alternatif usaha pariwisata budaya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Batusangkar dan sekitarnya. Begitu harapan Lazwardi, mengahiri cerita aliran Sungai ini.

Tentu banyak lagi cerita menarik tentang aliran Sungai Lubuak Larak yang ada di hati masyarakat, khususnya bagi mereka yang pernah akrab dengan aliran sungai ini.

Semoga cerita ini selalu membangkitkan rasa rindu kita akan kesejukan dan indahnya aliran Sungai Lubuak Larak. Aliran sungai kecil yang penuh kenangan dan beribu cerita.

Salam....
Penulis Benny Krisnawardi. Pada masa kecil, ia pernah merasakan jernih dan sejuknya aliran Sungai Lubuak Larak.
                           











1 komentar:

  1. Karna saya rindu dgn lubuak laraK saya cari di google dan menemu kan artikel ini.. serasa mengembalikan saya pada masa kecil saya yg sering mandi di sungai ini..

    BalasHapus