Jumat, 10 Februari 2017
" To The Clouds " Karya Tari Siti Alisa Soelaeman.
" To The Clouds " (Menuju Awan)
Karya : Siti Alisa Soelaeman
Lima orang penari berdiri diam, dengan pandangan mata fokus ke arah diagonal kanan panggung. Tangan kanan dan kiri penari saling mengikat di belakang tubuh mereka masing-masing.
Posisi diam lima orang penari itu, membuat suasana terasa sunyi dan sepi. Pantulan cahaya redup dari arah pojok kanan panggung mengarah ke bagian tubuh penari. Mempertegas ekspresi mereka terlihat penuh tekanan dan keterkungkungan.
Adegan di atas tadi, merupakan sekelumit peristiwa mengawali karya tari Siti Alisa Soelaeman yang berjudul " To The Clouds ".
Karya tari yang dipentaskan pada tanggal 8/2/2017 di gedung Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta ini, merupakan tugas akhir Siti Alisa Soelaeman pada program Tahap Studi Dasar (TSD) di Jurusan Tari Institut Kesenian Jakarta.
Menurut Siti Alisa Soelaeman, karya Tari " To The Clouds " ini, " merupakan inspirasi dari karya tari "Swan Like". Sebuah karya tari yang mengangkat thema tentang kisah cinta sejati, menghantar karya tari ini menjadi sangat fenomenal dan terkenal di ranah Tari Ballet dunia.
Alisa pangilan akrab Siti Alisa Soelaeman, mengatakan sangat mengagumi karya itu. Sehingga ia punya keinginan memakai symbol angsa di dalam karya tari " To The Clouds ".
Untuk thema karya tari " To The Clouds ", Alisa mengangkat pengalaman pribadi akan sebuah keterkungkungan masa lalu yang ia rasakan.
Kostum berwarna putih, dengan model yang tidak utuh seperti layaknya pakaian sehari-hari, menggiring imajinasi kita pada thema karya yang menyiratkan berbagai persoalan.
Bulu-bulu halus yang juga berwarna putih, ditempelkan di dada setiap penari. Hal itu semakin memperlihatkan bahwa, Siti Alisa Soelaeman memiliki obsesi yang kuat akan seekor angsa.
Sebagaimana kita ketahui, angsa putih dalam wujudnya terlihat sangat cantik dan menarik, sering membius banyak orang akan pesonanya. Namun pada karya ini, wujud angsa yang kita ketahui itu, diputar balikkan oleh Siti Alisa Soelaeman.
Gerak indah dan gemulai sebagai Symbol seekor angsa tidak terlihat pada karya ini. Gerak-gerak penari dibuat dalam format tanpa gerakan tangan. Sehingga gerak indah dan gemulai itu hampir sepanjang karya tidak terlihat.
Kedua tangan penari terikat ke belakang badan, sehingga dalam bergerak butuh keseimbangan yang baik dari setiap penari. Bentuk itu merupakan Symbol keterkungkungan, yang dijadikan thema pada karya " To The Clouds "
Gerak-gerak berkarakter keras, menyimbolkan pemberontakan akan suatu keterkungkungan, dieksplorasi secara baik oleh Alisa. Walaupun di saat tertentu beberapa penari terlihat tidak dapat melakukan gerakan dengan sempurna. Hal itu mungkin akibat dari kedua tangan penari selalu terikat ke belakang, sehingga mempengaruhi keseimbangan badan penari disaat bergerak.
Di sisi lain, Alisa juga memperlihatkan tataan cahaya, dengan membuat pantulan garis-garis tegas di dinding panggung. "Garis-garis itu merupakan symbol keterkungkungan masa lalu" begitu ungkap Alisa.
Saat cahaya ini terlihat, Irfan salah seorang penari dalam karya ini, bergerak di tengah panggung. Dengan gerak meronta penuh energi, sehingga nyaris merobek kostum yang dipakainya. Adegan ini menyiratkan begitu berat keterkungkungan masa lalu yang dirasakan Alisa.
" To The Clouds " (menuju awan). Bagi Alisa karya ini berbicara tentang kebebasan. " Bagiku kebebasan itu seakan-akan di atas awan. Dengan melihat awan, aku merasa damai dan ingin berada di atas sana", begitu ungkap Alisa penuh harapan.
Karya tari " To The Clouds ", di akhiri dengan adegan di atas awan. Adegan ini disymbolkan oleh Alisa melalui dry ice yang nyaris memenuhi seluruh areal panggung.
Saat penari bergerak di tengah gelombang dry ice, banyak image yang muncul. Semua itu tentu dapat melahirkan kemungkinan-kemungkinan baru, apabila Alisa mau bereksplorasi lebih jauh lagi, dengan unsur-unsur pendukung seperti image awan di akhir karya ini.
Musik pada Karya " To The Clouds " ini, digarap oleh Epi Martison. Didukung oleh pemusik-pemusik dari mahasiswa Institut Kesenian Jakarta dan alumni Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padang Panjang Sumatera Barat.
Penari pendukung, Eyi Lesar, Irfan Setiawan, Josh Marcy, Try Anggara, Yusuf Bakri.
Melihat karya " To The Clouds ", memberi harapan baru, bahwa telah lahir kembali Koreografer muda lulusan Institut Kesenian Jakarta. Semua itu tentu tidak menutup kemungkinan seorang Alisa akan menjadi Koreografer kebanggaan Indonesia di masa datang.
Kita berharap koreografer muda seperti Alisa dan Penari pendukung karya " To The Clouds ", bisa tumbuh dan berkembang secara baik, bukan pupus dan hilang, terlindas oleh berbagai hal yang tidak ada hubungannya dengan dunia ini.
Sukses buat Alisa...
Penulis : Benny Krisnawardi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar