Sasaran Silat Kumango
Parak Jua tampil di Indonesia Dance
Festival Jakarta
Indonesia Dance Festival merupakan ajang festival tari International
yang paling bergengsi di Indonesia saat ini. Sejak tanggal 4 sampai 8 november 2014 lalu,
festival tari International ini berlangsung di beberapa gedung pertunjukan seperti Gedung Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki
dan puncaknya di Gedung Pertunjukan Salihara Pasar Minggu Jakarta.
Pada tahun 2014 ini, Indonesia Dance Festival kembali menghadirkan
seniman-seniman yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Seperti Arco Rent
(Belgium), Choy Ka Fai (Singapore), Katia Engel (Jerman), Jerome Bel (frace), TAO
Dance Theatre (China), ContactGonzo (Japan), Benny Krisnawardi (Indonesia), Eko
Supriyanto (Indonesia), Ali Sukri (Indonesia) dll.
Satu hal yang cukup menarik perhatian saat malam puncak pada festival
tahun ini, kehadiran kelompok Sasaran Silek Kumango Parak Jua Batusangkar Tanah
Datar Sumatera Barat.
Menurut Helly Minarti salah
seorang kurator dari Indonesia Dance Festival mengatakan bahwa demontrasi kelompok sasaran silat Kumango
Parak Jua pada malam penutupan IDF kali
ini adalah untuk memberikan apresiasi silat kepada penonton, sebelum
menyaksikan karya Tari “Kris Is” yang tampil setelah demonstrasi Sasaran Silek
Kumango Parak Jua malam itu. Karya “Kris Is” adalah sebuah karya tari
kolaborasi Arco Rent (Belgium) dan Ali Sukri (Indonesia) yang berlandaskan
kepada falsafah pencak silat
Minangkabau.
Sasaran Silek Kumango Parak Jua yang telah memiliki Akta notaris No.87
tgl 9/10 2014 ini dipimpin oleh bapak Isman Jamhur, berdiri sejak empat tahun
yang lalu. Selama berdirinya kelompok silat ini, untuk biaya operasional berlatih sasaran silat ini masih dibiayai oleh Bapak Isman
Jamhur para kerabat dan Tuo silek bapak Zamra Tul Fuadi sebagai donator tetap. Dalam usia yang terbilang masih muda, kelompok silat ini
telah memperlihatkan prestasinya dalam membina generasi-generasi muda di
Batusangakar Tanah Datar. Pernah tampil
pada Sumbar Expo 2012 di Jakarta. Kini Sasaran Silek Kumango Parak Jua kembali
di percaya untuk menyemarakkan malam penutupan Indonesia Dance Festival
2014 pada tanggal 8/11/2014 lalu di
gedung pertunjukan Salihara Pasar Minggu Jakarta.
Beberapa hari sebelum Kelompok Silat Kumango Parak Jua ini berangkat
ke Jakarta, kelompok ini mengadakan malam pamitan bersama Bapak Ir.M.Shadiq
Pasadigue selaku Bupati Kabupaten Tanah Datar, yang dihadiri pula oleh Ketua
KONI, ketua IPSI, Ketua DPRD, Tuo-tuo silek serta para kerabat yang mempunyai perhatian
besar pada kelestarian silat kumango di Batusangkar .Menurut bapak Isman Jamhur
perhatian pemerintah daerah,kerabat, serta semua kalangan masyarakat di Batusangkar masih sangat di butuhkan untuk
perkembangan sasaran silat seperti Sasaran Silat Kumango Parak Jua ini.
Sewaktu persiapan
penampilan di malam penutupan Indonesia Dance Festival, bapak Isman
terlihat agak sedikit tegang, karena menurut beliau “ kesempatan tampil di
forum festival seperti IDF kali ini merupakan kesempatan yang sangat berharga sekali bagi perkembangan
Sasaran Silat Kumango Parak Jua di masa
yang akan datang. Maka kami sebagai yang mengemban amanat warga Batusangkar
Tanah Datar harus tampil sebaik mungkin pada festival ini” ugkap beliau.
Sebelum kelompok Sasaran Silat Kumango Parak Jua Batusangkar
tampil, arena yang akan dijadikan tempat bersilat telah dikelilingi oleh obor
yang sudah dinyalakan. Melihat suasana itu, imaji penonton digiring pada suasana sasaran tempat berlatih silat
tradisi di alam terbuka seperti layaknya tempat berlatih silat tradisi di
Minangkabau. Tempat berlatih silat di Minangkabau di sebut “sasaran” atau
sasaran silek.
Diawali dengan bunyi talempong pacik, pupuik sarunai batang padi serta
gendang music khas Minangkabau pertunjukan demontrasi pencak silat dimulai.
Setelah selang beberapa saat seorang Guru silat atau yang sering
disebut Tuo Silek Zamra Tul Fuadi memasuki arena dengan berpakaian
seragam pencak silat serba hitam lengkap
dengan peci hitam dan sehelai kain sarung yang digantung di leher. Kehadiran sosok Tuo Silek Bapak Zamra Tul Fuadi yang penuh charisma sebagai
seorang guru silat, membuat mata penonton langsung tertuju kepadanya dan
suasana sasaran silat semakin terasa.
Tuo silek masuk berjalan
mengelilingi arena seperti melihat kondisi keamanan tempat berlatih dengan
penuh kewaspadaan. Menurut Isman Djamhur sebagai pimpinan dari kelompok
silat Kumango Parak Jua Batusangkar “keamanan kenyamanan tempat berlatih selama
latihan silat berlangsung merupakan pengawasan penuh dari tuo silek”.
Di Minangkabau murid-murid anggota dari sebuah perguruan silat di
sebut “ anak sasian”.
“Anak sasian” satu persatu mulai berdatangan dan berkumpul pada suatu pojok halaman gedung pertunjukan
Salihara pasar minggu yang telah ditata berbentuk sebuah arena sasaran silat.
Satu persatu “anak sasian” masuk dan bersalaman sama tuo silek. Semakin
lama ”anak sasian” yang datang semakin banyak. Setiap mereka yang datang selalu
melakukan cara yang sama yaitu bersalaman kepada sang guru atau Tuo silek.
Penampilan kelompok Silat Kumango Parak Jua Batusangkar Tanah Datar
Sumatera Barat pada ajang festival kali ini memakai konsep “Sasaran Silek”.
Dimana sistem atau cara berlatih lengkap dengan suasana kewajaran-kewajaran sasaran silek, di suguhkan dalam penampilan malam
itu.
Pada pertunjukan malam itu kita bisa melihat “anak sasian” berbicara dengan rekan sesama berlatihnya, dan
terkadang guru memberhentikan yang sedang bersilat untuk memperbaiki
gerakan, kemudian secara berulang guru pelatih memperagakan gerakan kepada “anak
sasian” dengan penuh kesabaran. Pada bagian ini suasana terlihat sangat natural
layaknya seperti di arena atau sasaran tempat berlatih silat yang ada pada
sasaran silat di Minangkabau.
Demonstrasi kelompok Silat Kumango Parak Jua malam itu, tampil di atas
arena alam terbuka dengan kondisi tanah atau rumput yang masih basah, karena
sebelumnya terjadi hujan yang cukup besar, yang membuat arena menjadi licin.
Walaupun begitu tidak mengurangi semangat para pesilat untuk menampilkan jurus-jurus
silat yang mereka miliki. Kondisi seperti itu membuat suasana semakin seru penuh ketegangan, karena
semua pesilat terlihat mengeluarkan
kemampuan mereka untuk mengatasi kondisi arena yang licin tersebut. Kehati-hatian dan
konsentrasi penuh, sangat terlihat dari setiap gerak yang mereka peragakan.
Dengan dinamika cepat serta ketangkasan, kemahiran yang dimiliki para
pesilat-pesilat Kumango Parak Jua memainkan setiap jurus-jurus silat yang mereka
miliki, baik permainan tangan kosong maupun senjata tajam seperti pisau
panjang(parang), membuat penonton berdecak kagum bahkan secara spontan teriakan
suara penonton terdengar seiring adegan-adegan laga yang cukup mengerikan
ketika pesilat menampilkan jurus yang memakai senjata tajam.
Bunyi music talempong pacik, pupuik sarunai batang padi serta tepakan
gendang memberi suasana tersendiri dan membawa imaji
kita yang menonton kepada suasana pedesaan di ranah Minang.
Perpaduan antara komposisi musik dan permainan silat yang ditampilkan
seakan menyempurnakan pertunjukan itu menjadi sebuah tontonan yang menarik.
Apalagi kehadiran kelompok silat tradisi ini di tengah-tengah masyarakat atau seniman
ibu kota yang mulai susah menemukan
penampilan seperti kelompok Silat Parak Jua malam itu.
Penampilan Silat Kumango Parak Jua di tutup oleh demontrasi Tuo silek Bapak Zamra Tul Fuadi bersama
asisten pelatih bapak Petriano. Peragaan
dua orang guru silat ini tampak berbeda dengan penampilan dari “anak sasian” sebelumnya. Cara berdiri dan
melangkah dengan penuh charisma, sosok seorang pendekar yang memiliki Kehalusan
seni bela diri di tunjukkan oleh kedua guru silat ini. Kita
yang menonton semakin merasakan kekuatan dari seni bela diri kumango yang
memiliki filosofi, “cakak bajangko, tikam bagamo, kacak bagamak, sapu
bagamang, jatuah baalamaik, mangunci mamakai kiek, kato kunci adonyo raso, bak salindik
di ateh daun, kabek sabalik buhua sentak, anggang sapadi indak kanai, lalu pinjaik
lalu kulindan, nan mamilin kanai pilin, unjuak ukua dalamnyo aia, elok-elok
manyubarang, indak karam di lautan, salamaik badan katapian”.
Sayangnya penampilan dua pendekar ini tidak berlangsung terlalu lama
karena waktu yang disediakan untuk
penampilan mereka sudah berakhir.
Setelah menonton Kelompok Silat
Kumango Parak Jua , rasanya kita kembali
pada perenungan yang dalam mengenai keberadaan Silat-silat tradisi kita di
Indonesia khususnya Minangkabau. Akankah keberadaan seni bela diri asli warisan leluhur bangsa kita ini lestari….? atau perlahan-lahan pupus seiring
masuknya bentuk seni beladiri bangsa lain yang semakin hari semakin banyak
bermunculan di Negara kita?. Kekhawatiran itu di jawab oleh Tuo Silek Kumango
Parak Jua bapak Zamra Tul Fuadi dengan penuh harapan “Warih indak buliah
hilang, pusako indak buliah suruik jawek bajawek sampai kini”. Warisan tidak akan pernah hilang, pusaka tidak akan pernah surut akan disambut sampai kapanpun.
Jakarta 9 November 2014
Benny Krisnawardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar