Sabtu, 21 Februari 2015

Manari Art Centre - Sasaran Silat Kumango Parak Jua tampil di Indonesia Dance Festival Jakarta



Sasaran Silat Kumango Parak Jua  tampil di Indonesia Dance Festival Jakarta

Zamratul Fuadi
Penggagas berdirinya sasaran
Silat Kumango Parak Jua
Batusangkar

Indonesia Dance Festival merupakan ajang festival tari International yang  paling bergengsi  di Indonesia saat ini.  Sejak tanggal 4 sampai 8 november 2014 lalu, festival tari International ini berlangsung  di beberapa gedung pertunjukan seperti  Gedung Kesenian Jakarta,Taman Ismail Marzuki dan puncaknya di Gedung Pertunjukan Salihara Pasar Minggu Jakarta.
Pada tahun 2014 ini, Indonesia Dance Festival kembali menghadirkan seniman-seniman yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Seperti Arco Rent (Belgium), Choy Ka Fai (Singapore), Katia Engel (Jerman), Jerome Bel (frace), TAO Dance Theatre (China), ContactGonzo (Japan), Benny Krisnawardi (Indonesia), Eko Supriyanto (Indonesia), Ali Sukri (Indonesia) dll.
Satu hal yang cukup menarik perhatian saat malam puncak pada festival tahun ini, kehadiran kelompok Sasaran Silek Kumango Parak Jua Batusangkar Tanah Datar Sumatera Barat.   
Menurut  Helly Minarti salah seorang kurator dari Indonesia Dance Festival mengatakan bahwa  demontrasi kelompok sasaran silat Kumango Parak Jua pada malam penutupan IDF kali  ini adalah untuk memberikan apresiasi silat kepada penonton, sebelum menyaksikan karya Tari “Kris Is” yang tampil setelah demonstrasi Sasaran Silek Kumango Parak Jua malam itu. Karya “Kris Is” adalah sebuah karya tari kolaborasi Arco Rent (Belgium) dan Ali Sukri (Indonesia) yang berlandaskan kepada falsafah pencak silat  Minangkabau.
Sasaran Silek Kumango Parak Jua yang telah memiliki Akta notaris No.87 tgl 9/10 2014 ini dipimpin oleh bapak Isman Jamhur, berdiri sejak empat tahun yang lalu. Selama berdirinya kelompok silat ini, untuk biaya operasional  berlatih sasaran silat ini masih dibiayai oleh Bapak Isman Jamhur para kerabat dan Tuo silek bapak Zamra Tul Fuadi sebagai donator tetap.    Dalam usia yang  terbilang masih muda, kelompok silat ini telah memperlihatkan prestasinya dalam membina generasi-generasi muda di Batusangakar Tanah Datar.  Pernah tampil pada Sumbar Expo 2012 di Jakarta. Kini Sasaran Silek Kumango Parak Jua kembali di percaya untuk menyemarakkan malam penutupan Indonesia Dance Festival 2014  pada tanggal 8/11/2014 lalu di gedung pertunjukan Salihara Pasar Minggu Jakarta.
Beberapa hari sebelum Kelompok Silat Kumango Parak Jua ini berangkat ke Jakarta, kelompok ini mengadakan malam pamitan bersama Bapak Ir.M.Shadiq Pasadigue selaku Bupati Kabupaten Tanah Datar, yang dihadiri pula oleh Ketua KONI, ketua IPSI, Ketua DPRD, Tuo-tuo silek serta para kerabat yang mempunyai perhatian besar pada kelestarian silat kumango di Batusangkar .Menurut bapak Isman Jamhur perhatian pemerintah daerah,kerabat, serta semua kalangan masyarakat di Batusangkar masih sangat di butuhkan untuk perkembangan sasaran silat seperti Sasaran Silat Kumango Parak Jua ini.

Sewaktu  persiapan penampilan  di malam penutupan  Indonesia Dance Festival, bapak Isman terlihat agak sedikit tegang, karena menurut beliau “ kesempatan tampil di forum festival seperti IDF kali ini merupakan kesempatan yang  sangat berharga sekali bagi perkembangan Sasaran  Silat Kumango Parak Jua di masa yang akan datang. Maka kami sebagai yang mengemban amanat warga Batusangkar Tanah Datar harus tampil sebaik mungkin pada festival ini” ugkap beliau.
 Sebelum kelompok Sasaran Silat Kumango Parak Jua Batusangkar tampil, arena yang akan dijadikan tempat bersilat telah dikelilingi oleh obor yang sudah dinyalakan. Melihat suasana itu, imaji penonton  digiring  pada suasana sasaran tempat berlatih silat tradisi di alam terbuka seperti layaknya tempat berlatih silat tradisi di Minangkabau. Tempat berlatih silat di Minangkabau di sebut “sasaran” atau sasaran silek.
Diawali dengan bunyi talempong pacik, pupuik sarunai batang padi serta gendang music khas Minangkabau pertunjukan demontrasi pencak silat dimulai.
Setelah selang beberapa saat seorang Guru silat atau yang sering disebut Tuo Silek Zamra Tul Fuadi memasuki arena dengan berpakaian seragam pencak silat  serba hitam lengkap dengan peci hitam dan sehelai kain sarung yang digantung di leher. Kehadiran sosok Tuo Silek Bapak Zamra Tul Fuadi yang penuh charisma sebagai seorang guru silat, membuat mata penonton langsung tertuju kepadanya  dan suasana sasaran silat semakin terasa.
Tuo silek masuk  berjalan mengelilingi arena seperti melihat kondisi keamanan tempat berlatih dengan penuh kewaspadaan. Menurut Isman Djamhur sebagai pimpinan dari kelompok silat Kumango Parak Jua Batusangkar “keamanan kenyamanan tempat berlatih selama latihan silat berlangsung merupakan pengawasan penuh dari tuo silek”.
Di Minangkabau murid-murid anggota dari sebuah perguruan silat di sebut “ anak sasian”.
“Anak sasian” satu persatu mulai berdatangan dan berkumpul pada  suatu pojok halaman gedung pertunjukan Salihara pasar minggu yang telah ditata   berbentuk sebuah arena sasaran silat.
Satu persatu “anak sasian” masuk dan bersalaman sama tuo silek. Semakin lama ”anak sasian” yang datang semakin banyak. Setiap mereka yang datang selalu melakukan cara yang sama yaitu bersalaman kepada sang guru atau Tuo silek.
Penampilan kelompok Silat Kumango Parak Jua Batusangkar Tanah Datar Sumatera Barat pada ajang festival kali ini memakai konsep “Sasaran Silek”. Dimana sistem atau cara berlatih lengkap dengan suasana kewajaran-kewajaran  sasaran silek, di suguhkan dalam penampilan malam itu.  
Pada pertunjukan malam itu kita bisa melihat  “anak sasian” berbicara dengan rekan sesama berlatihnya, dan terkadang guru memberhentikan  yang sedang bersilat untuk memperbaiki gerakan, kemudian secara berulang guru pelatih memperagakan gerakan kepada “anak sasian” dengan penuh kesabaran. Pada bagian ini suasana terlihat sangat natural layaknya seperti di arena atau sasaran tempat berlatih silat yang ada pada sasaran silat di Minangkabau.
Demonstrasi kelompok Silat Kumango Parak Jua malam itu, tampil di atas arena alam terbuka dengan kondisi tanah atau rumput yang masih basah, karena sebelumnya terjadi hujan yang cukup besar, yang membuat arena menjadi licin. Walaupun begitu tidak mengurangi semangat para pesilat untuk menampilkan jurus-jurus silat yang mereka miliki.  Kondisi seperti itu membuat suasana semakin seru penuh ketegangan, karena semua pesilat  terlihat mengeluarkan kemampuan mereka untuk mengatasi kondisi  arena yang licin tersebut. Kehati-hatian dan konsentrasi penuh, sangat terlihat dari setiap gerak yang mereka peragakan.
Dengan dinamika cepat serta ketangkasan, kemahiran yang dimiliki para pesilat-pesilat Kumango Parak Jua  memainkan setiap jurus-jurus silat yang mereka miliki, baik permainan tangan kosong maupun senjata tajam seperti pisau panjang(parang), membuat penonton berdecak kagum bahkan secara spontan teriakan suara penonton terdengar seiring adegan-adegan laga yang cukup mengerikan ketika pesilat menampilkan jurus yang memakai senjata tajam.
Bunyi music talempong pacik, pupuik sarunai batang padi serta tepakan gendang    memberi suasana tersendiri dan membawa imaji kita yang menonton kepada suasana pedesaan di ranah Minang.
Perpaduan antara komposisi musik dan permainan silat yang ditampilkan seakan menyempurnakan pertunjukan itu menjadi sebuah tontonan yang menarik. Apalagi kehadiran kelompok silat tradisi ini di tengah-tengah masyarakat atau seniman ibu kota  yang mulai susah menemukan penampilan seperti kelompok Silat Parak Jua malam itu.
Penampilan Silat Kumango Parak Jua di tutup oleh demontrasi  Tuo silek Bapak Zamra Tul Fuadi bersama asisten pelatih bapak Petriano. Peragaan  dua orang guru silat ini tampak berbeda dengan penampilan dari  “anak sasian” sebelumnya. Cara berdiri dan melangkah dengan penuh charisma, sosok seorang pendekar yang memiliki Kehalusan seni  bela diri  di tunjukkan oleh kedua guru silat ini. Kita yang menonton semakin merasakan kekuatan dari seni bela diri kumango yang memiliki filosofi, “cakak bajangko, tikam bagamo, kacak bagamak, sapu bagamang, jatuah baalamaik, mangunci mamakai kiek, kato kunci adonyo raso, bak salindik di ateh daun, kabek sabalik buhua sentak, anggang sapadi indak kanai, lalu pinjaik lalu kulindan, nan mamilin kanai pilin, unjuak ukua dalamnyo aia, elok-elok manyubarang, indak karam di lautan, salamaik badan katapian”.
Sayangnya penampilan dua pendekar ini tidak berlangsung terlalu lama karena  waktu yang disediakan untuk penampilan mereka sudah berakhir.
Setelah menonton  Kelompok Silat Kumango Parak Jua , rasanya kita  kembali  pada perenungan yang dalam mengenai  keberadaan Silat-silat tradisi kita di Indonesia khususnya Minangkabau. Akankah keberadaan seni bela diri asli  warisan leluhur bangsa kita ini   lestari….? atau perlahan-lahan pupus seiring masuknya bentuk seni beladiri bangsa lain yang semakin hari semakin banyak bermunculan di Negara kita?. Kekhawatiran itu di jawab oleh Tuo Silek Kumango Parak Jua bapak Zamra Tul Fuadi dengan penuh harapan “Warih indak buliah hilang, pusako indak buliah suruik jawek bajawek sampai kini”. Warisan tidak akan pernah hilang, pusaka tidak akan pernah surut akan disambut sampai kapanpun.

Jakarta 9 November 2014
Benny Krisnawardi
  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar