Kamis, 12 Juli 2018

Rabu, 11 Juli 2018

Senin, 09 Juli 2018


Sekian Lama Menghilang Gumarang Sakti Dance Co. Kembali Bangkit

foto : Gumarang Sakti
Setelah sekian lama menghilang, Gumarang Sakti Minangkabau Dande Co., pimpinan Gusmiati Suid (almh), kini hadir kembali menyapa publik tari Indonesia dengan menyuguhkan karya-karya terbaiknya yang bertajuk "Catua Langkah", di Galeri Indonesia Kaya 7/7/2018, pukul 15.00. WIB.

Mencari bentuk dan sumber kreatifitas yang memproyeksikan nilai-nilai yang mengakar dari bumi sendiri (tradisi), merupakan salah satu landasan berfikir dan menjadikan suatu kesadaran untuk senantiasa bergumul dengan ekspresi di dalam melahirkan karya-karya yang otentik dan mampu berbicara dengan bahasanya sendiri. (Gusmiati Suid - Boi G Sakti).

"Catua Langkah", merupakan Presentasi pengembangan tari dan musik, dari Gusmiati Suid ke Boi G Sakti, Epi Martison, Piter Slayan, Hartati, Syahrial, Benny Krisnawardi sampai dengan Jefriandi Usman, Alfianto, Rysdul, dan Davit Fitrik. "Gumarang Sakti tidak melahirkan pewaris, tetapi tunas-tunas muda yang akan memiliki kekuatannya sendiri". (Gusmiati Suid).

foto : Gumarang Sakti

Menurut Yesi Apriati (eci), putri bungsu Gusmiati Suid (almh), program kali ini selain menampilkan karya-karya Gumarang Sakti, juga akan diadakan bincang-bincang seputar karya serta perjalanan Gumarang Sakti sampai hari ini. Pada sesi bincang-bincang nanti akan dipimpin langsung oleh salah seorang anggota senior Gumarang Sakti, sekaligus koreografer wanita Indonesia Hartati.

Sumber : Pengalaman Pribadi - Gumarang Sakti - Manari Art Center

Minggu, 08 Juli 2018


Rumah Pohon Tabek Patah Batusangkar Sumatera Barat

foto : Manari Art Center

Ketika mendengar obrolan warga Batusangkar Sumatera Barat tentang areal wisata Rumah Pohon, muncul rasa keinginan saya untuk segera mengunjungi areal tersebut.
Suatu ketika saya putuskan untuk berkunjung ke areal wisata ini. Jujur, Kalimat Rumah Pohon begitu memancing imajinasi saya akan sesuatu yang unik dan menarik. Bayangan nuansa primitif suatu suku anak dalam yang hidup di hutan belantara, penuh dengan pernak-pernik serta semua benda yang digunakan oleh suku anak dalam pada kehidupan sehari-harinya. Begitu yang ada dalam imajinasi saya sepanjang perjalanan menuju areal wisata ini.

Jarak tempuh dari pusat kota Batusangkar ke areal wisata ini, lebih kurang 45 menit, dengan kondisi jalan yang mulus sedikit bergelombang, serta pemandangan alam pergunungan, persawahan yang membentang luas begitu indah di sepanjang perjalanan. Membuat perjalan menuju areal wisata ini terasa begitu singkat. Sungguh perjalanan yang menyenangkan.
Ketika saya sampai di lokasi saat itu lebih kurang pukul 11.00 WIB. Areal Rumah Pohon sudah terlihat ramai oleh pengunjung. Hal ini membuktikan antusias atau keingintahuan pengunjung akan keunikan areal wisata Rumah Pohon ini begitu besar.
foto : Manari Art Center

Melewati areal parkir yang terkesan seadanya, masih terlihat sangat alami. Saya serta beberapa anggota rombongan yang ikut berkunjung hari itu, langsung menuju lokasi Rumah Pohon yang dibuat tepat di areal tebing, salah satu hutan di Tabek Patah Batusangakar.
Dengan menaiki anak tangga yang dibuat seadanya, perlahan kami lewati. Saat itu, tidak banyak yang bisa kami lihat, kecuali pohon-pohon bunga kecil yang tumbuh seadanya. lokasi di sekitar anak tangga masih terlihat biasa saja. Kami terus berjalan. Dalam hitungan menit kami sudah sampai di puncak, pusat dari areal wisata Rumah Pohon ini.

foto : Manari Art Center

Areal Wisata Rumah Pohon yang tidak terlalu besar, menyuguhkan pemandangan yang indah di setiap pojok. Posisi areal wisata ini berada di ketinggian. Sehingga pandangan mata bisa bebas melihat jauh ke pergunungan alam yang ada di sekitar kota Batusangkar. Di samping itu, areal wisata Rumah Pohon ini berada di antara hutan pinus yang membuat lokasi wisata ini terasa begitu sejuk. Akan tetapi sedikit disayangkan, fasilitas di areal wisata Rumah Pohon ini terlalu sederhana, sehingga belum terasa menyentuh imajinasi akan "Rumah Pohon" yang unik, modern akan tetapi memiliki nilai budaya lokal yang kuat.

foto : Manari Art Center

Keberadaan Areal wisata Rumah Pohon, membuktikan bahwa kota Batusangkar menjanjikan objek wisata menarik dan tidak kalah dengan objek-objek wisata lainnya di Indonesia. Akan tetapi, harus lebih memiliki konsep yang kuat, tidak hanya mengandalkan indahnya alam yang ada. Unsur-unsur pendukung lainnya harus perlu difikirkan, agar objek wisata tersebut dapat lebih menarik minat wisatawan lokal maupun manca negara.

Sumber : Pengalaman Pribadi/Manari Art Center

Kawasan Wisata Baru Chinangkiek Solok Sumatera Barat


Kawasan Wisata Baru Chinangkiek Solok Sumatera Barat

foto : Manari Art Center

Chinangkiek salah satu kawasan wisata menyulap sebuah perbukitan menjadi tempat wisata yang indah, di perbatasan Singkarak dan kota Solok Sumatera Barat.
Ketika kita berada tepat di tengah-tengah kawasan wisata ini, kita dapat melepas pandangan jauh ke alam pergunungan, persawahan serta hamparan danau Singkarak, yang mengindikasikan keindahan alam Minangkabau yang rancak.

foto : Manari Art Center

Dalam suasana hari Raya Idul Fitri 1439 H 2018, kawasan ini sangat ramai dikunjungi oleh para pengunjung, walaupun banyak fasilitas wisata areal ini masih sedang dibangun. Diperkirakan kawasan wisata ini akan banyak menarik minat pengunjung di masa yang akan datang, mengingat daya tarik pemandangannya yang begitu mempesona.
Melihat kondisi alam Sumatera Barat yang dikelilingi oleh alam yang indah, sangat banyak potensi wisata alam dapat dikembangkan lagi seperti Chinangkiek ini. Akan tetapi semua kembali kepada hal pembiayaannya. Seberapa jauh itu semua akan terwujud, mari kita tunggu bersama.

Sumber: Pengalaman Pribadi/Manari Art Center

Pertunjukan Kolaborasi Anak Bangsa Langit 7 Bidadari


        Pertunjukan Kolaborasi Anak Bangsa

         Langit 7 Bidadari

                              
                               Foto : Langit 7 Bidadari

Langit Tujuh Bidadari, maha karya anak bangsa hadir di publik seni pertunjukan Indonesia. Pagelaran yang sangat jarang terjadi di ranah seni pertunjukan Indonesia ini, tampil di Teater Garuda Taman Mini Indonesia Indah, pada tanggal 1 juni 2018.
Pagelaran yang di sutradarai oleh Harry Defretes, seorang aktor yang biasa kita kenal pada program televisi Indonesia Lenong Rumpi beberapa tahun yang lalu, mengolah naskah tanah jawa Joko Tarub, menjadi karya dengan interpretasi berbeda dari cerita biasanya. Harry Depretes, menjadikan Bidadari mencintai Bumi Nusantara, sehingga sang bidadari memutuskan tidak mau kembali lagi ke khayangan.
Karya kolaborasi ini, didukung oleh artis senior Jajang C.Noer, sebagai mbok Rondo, Samuel Rizal sebagai Joko Tarub dan tujuh bintang-bintang muda, yang memiliki talenta dalam dunia keartisan serta kemampuan mumpuni di dunia akting. Musik digarap oleh Uyung Mahagenta, Donny Irawan, dan Koreografer Benny Krisnawardi (Sigma Dance Theatre Indonesia).
Langit Tujuh Bidadari, merupakan jawaban sekaligus tantangan bagi situasi kondisi, khusus budaya tradisi Indonesia yang mulai tidak dapat tempat di kalangan anak muda bangsa. Melalui karya ini diharapkan dapat memberi semangat baru untuk dunia seni pertunjukan kita di masa yang akan datang, begitu ungkap Wahyu Lastiyanto, selaku Pimpinan Produksi.
Tarian tradisi dan kontemporer, menjadi bagian penting pada pertunjukan ini. Seperti tari Jawa, Sunda, tarian Rimba yang berlatar belakang budaya Kalimantan, serta sebuah karya kontemporer yang ditarikan dalam setingan kolom air besar yang dibuat dengan ukuran 6x12 meter di tengah panggung.
Di tengah-tengah sebagian pendukung menjalankan ibadah puasa, pertunjukan berjalan seperti layaknya di hari biasa, walaupun sangat menyita energi pemain, terutama para penari yang harus bergerak mengikuti irama musik yang sangat dinamis.

Pertunjukan berlangsung pukul 16.00 WIB, dihadiri oleh staf Kepresidengan Purnawirawan Jendral TNI. Muldoko, sekaligus memberikan kata sambutan dan membuka jalannya pertunjukan.

Manari Art Center