IN BETWEEN
Karya Tari kolaborasi Katia Engel (Germany) dan Benny
Krisnawardi(Indonesia)
Gagasan Karya :
Beberapa tahun yang lalu setelah
kami menyelesaikan karya kolaborasi pertama, kami berniat untuk melanjutkan
kerja kolaborasi pada karya berikutnya.
Keinginan untuk melanjutkan kerja kolaborasi ini didorong oleh kecocokan kerja, baik secara visi dan misi dalam memandang tradisi Indonesia dalam hal ini tradisi Minangkabau yang telah kami wujudkan pada karya kolaborasi kami sebelumnya.
Keinginan untuk melanjutkan kerja kolaborasi ini didorong oleh kecocokan kerja, baik secara visi dan misi dalam memandang tradisi Indonesia dalam hal ini tradisi Minangkabau yang telah kami wujudkan pada karya kolaborasi kami sebelumnya.
Proses kerja kolaborasi tari “In
Between” merupakan kerja kolaborasi kami
yang kedua,tidak terlalu berbeda dengan sistim kerja pada karya kami yang
pertama. Proses karya kami lakukan secara alami, layaknya berproses menyiapkan karya tari pada umumnya.
Tahap Satu
Tahap satu kami mulai mencari apa yang kami inginkan
dalam karya ini. Kami melakukan diskusi secara intens,
tentang apa saja yang kami ketahui dan rasakan tentang budaya masing-masing yang akhirnya dapat membuka fikiran dan energy kami untuk lebih focus, mengerucut kepada beberapa pola atau ajaran
yang ada pada pencak silat di Minangkabau.
Setelah kami menemukan ide
mengenai pola teknik yang ada pada
pencak silat Minangkabau khususnya aliran silat Harimau, kami mulai
membicarakan siapa dan apa kriteria penari yang cocok untuk ide karya yang akan
kami ciptakan. Ide dasar dari karya
ini berkaitan erat dengan Pencak silat Minangkabau, maka kami mulai berfikir
mencari penari yang bisa atau memahami pencak silat Minangkabau. Awalnya kami mencari informasi mengenai penari-penari khususnya
penari yang ada di Jakarta. Kami menemukan beberapa nama penari, akan tetapi
terkendala dengan jadual mereka yang sibuk, serta karakter yang belum cocok dengan yang kami
inginkan. Maka kami sepakat untuk membatalkan
rencana kami untuk memakai penari dari Jakarta.
Kami
mulai berfikir untuk merekrut dua pesilat langsung dari Ranah Minang. Rencana tersebut kami diskusikan sama beberapa kawan yang ada di
Jakarta maupun Batusangkar. Dengan informasi serta saran dari beberapa orang kawan-kawan,
akhirnya Pada tanggal 7/6/2014 kami berangkat ke Batusangkar Sumatera Barat selama satu minggu untuk mengadakan audisi dengan beberapa orang
pesilat di sana.
Alhamdulillah dalam tempo dua hari di Batusangakr Sumatera Barat kami telah menemukan pesilat yang kami inginkan. Kemudian Sisa beberapa hari berikutnya kami pergunakan
untuk berlatih dalam studio maupun di alam terbuka seperti perbukitan di daerah Bukit Gombak Batusangkar. Selain berlatih di alam perbukitan, di lereng Gunung Bungsu kota batusangkar ini, kami pergunakan juga untuk merekam
bunyi-bunyi yang ada di wilyah alam pergunungan tersebut.
Setelah seminggu di Kota Batusangkar Sumatera Barat, kami
kembali ke Jakarta. Sementara dua pesilat yang telah kami pilih belum ikut
bersama kami saat itu, mereka baru datang ke Jakarta pada
pertengahan bulan September 2014.
Tahap kedua
Pada tanggal 15 september 2014,
dua pesilat dari Batusangkar datang ke Jakarta. Sehari setelah kedatangan
mereka proses latihan studio mulai dilakukan
di Sanggar Tari Sigma Dance Indonesia Pondok Gede Bekasi.
Latihan tahap dua ini lebih focus
kepada pemahaman bentuk-bentuk dasar dari teknik Pencak Silat Harimau aliran Lintau
Batusangkar Sumatera Barat.
Proses mempelajari beberapa bentuk–bentuk dasar teknik
silat harimau aliran lintau ini kami lakukan selama lebih kurang satu minggu,kemudian untuk pematangan bentuk-bentuk dasar tersebut kami lakukan hari-hari berikutnya selama proses
karya ini berlangsung.
Tanggal 22 september 2014
tempat latihan
kami berpindah ke Goethe
Intitut Jakarta.
Selama berlatih di Goethe
Institut kami mulai melakukan eksplorasi pada kemungkinan-kemungkinan gerak pencak
silat harimau yang akan dipakai pada karya nantinya. Proses eksplorasi kami lakukan lebih kurang
sepuluh kali pertemuan dengan durasi sekali pertemuan lebih kurang enam jam.
Selama proses sepuluh kali pertemuan tersebut, kami pergunakan juga untuk menjajaki konsep “galuik” yang ada pada pencak silat Harimau. “Galuik”
merupakan metode yang ada pada silat
Harimau aliran lintau dalam memainkan bentuk-bentuk gerak pencaknya.
Tahap ketiga
Semua pendukung karya diharapkan untuk berkonsentrasi dan menyiapkan waktu lebih banyak lagi , mengingat jadual pertunjukan tersisa kurang
dari satu bulan . Agar proses latihan pada tahap ini bisa berjalan dengan baik,
maka kami membuat program treaning centre selama lima belas hari di daerah Bantul Bangun Jiwo Yogyakarta.
Program treaning centre ini
sangat membantu. Suasana alam persawahan yang jauh dari rumah-rumah
penduduk,membuat kami bisa lebih tenang untuk menyusun materi yang akan dipakai pada karya.
Di Yogyakarta semua pendudukung bertempat tinggal pada satu lokasi, hal tersebut sangat memberi atmosfir yang baik buat kami kalau kita bandingkan dengan proses kita
sebelumnya di Jakarta. Dengan keberadaan kami pada satu tempat, membuat kami
memiliki waktu lebih banyak untuk bisa
menyiapkan karya ini. Disela-sela waktu latihan,kamipun
bisa berdiskusi kapan saja,baik di tempat latihan,di meja makan,di kamar tidur
ataupun di halaman rumah saat kami bersantai sambil menikmati pemandangan alam
terbuka Bangun Jiwo Yogyakarta. Suasana alam yang sejuk penuh ketenangan sangat memberi kenyamanan serta
dorongan pada kami untuk menyelesaikan
karya ini tepat pada waktu yang sudah kami rencanakan.
Tahap ke empat
Proses akhir dari karya adalah upaya
penguasaan bentuk secara keseluruhan baik gerak, musik, dan media
pendukung lainnya. Semua pendukung diharapkan dapat melakukan tugas
masing-masing dengan menguasai teknik,rasa dan hal-hal yang berhubungan dengan
karya atau kontak rasa antar sesama pendukung.
Pada bagian ini
disiplin, pengalaman serta kemampuan teknik individu dari semua pendukung sangat
diharapkan, agar dapat memainkan peran masing-masing dengan baik.
Sementara saya dan Katia lebih berkonsentrasi
memperhatikan detail serta kesinambungan
rasa dari keseluruhan karya, sambil selalu memperhatikan unsur yang tepat pada
wahana intrinsik dan ekstrinsik.
Tgl 26 oktober 2014 jadual traning centre di
daerah Bantul Bangun Jiwo Yogyakarta selesai kami lakukan. Tanggal
27/11/2014 kami kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan diri tampil di Indonesia
Dance Festival pada tanggal 5/11/2014 di Gedung Kesenian Jakarta.
Terima Kasih
Benny Krisnawardi
2140751011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar